Minggu, 25 Mei 2014

transmisi data analog dan data digital

Transmisi data analog adalah suatu kegiatan mengirim informasi melalui media transmisi fisik dalam bentuk gelombang. Data ditransmisikan melalui gelombang pembawa, yaitu gelombang sederhana yang hanya bertujuan untuk mengangkut data dengan modifikasi salah satu karakteristiknya (amplitudo, frekuensi atau fasa). Oleh karena itu, transmisi analog juga sering disebut carrier wave modulation transmission



Tiga jenis transmisi analog dibedakan berdasarkan pada parameter gelombang pembawa mana yang divariasikan:

- Transmisi dengan modulasi amplitudo gelombang carrier
- Transmisi dengan modulasi frekuensi gelombang carrier
- Transmisi dengan modulasi fase gelombang carrier

a. Transmisi Analog Data Analog

Jenis transmisi ini mengacu pada skema di mana data yang akan dikirimkan memang sudah berada dalam bentuk analog. Jadi, untuk mengirimkan sinyal ini, DCTE harus terus membawa sinyal yang akan dikirim dan gelombang pembawanya, sehingga gelombang yang akan ditransmisikan akan  menjadi kombinasi dari gelombang pembawa dan sinyal yang akan dikirim.

b. Transmisi Analog Data Digital

Ketika data digital muncul di tempat kejadian, sementara sistem transmisi masih analog, maka kita perlu menemukan alat yang mentransmisikan data digital secara analog. Solusi untuk masalah ini adalah modem (modulator / demodulator). Perannya adalah:

- Ketika transmisi: untuk mengkonversi data digital (urutan biner 0 dan 1) menjadi sinyal analog (variasi kontinyu dari besaran fisik). Proses ini disebut modulasi.
- Ketika menerima: mengubah sinyal analog menjadi data digital. Proses ini disebut demodulasi.


Transmisi Digital

Transmisi digital adalah pengiriman informasi melalui media komunikasi fisik dalam bentuk sinyal digital. Sinyal analog juga harus didigitalkan terlebih dahulu sebelum dikirim. Namun, karena informasi digital tidak dapat dikirim langsung dalam bentuk 0 dan 1, maka informasi tersebut harus dikodekan terlebih dahulu dalam bentuk sinyal dengan dua keadaan, misalnya perbedaan tegangan, antara dua kawat, ada / tidaknya arus dalam kawat, ada / tidaknya cahaya.
Transformasi informasi biner menjadi sinyal dua arah dilakukan oleh DCE, yang  juga dikenal sebagai base band decoder.

Pengkodean Sinyal

Untuk mengoptimalkan transmisi, sinyal harus dikodekan untuk memfasilitasi transmisi pada medium fisik. Ada berbagai sistem pengkodean untuk tujuan ini yang dapat dibagi menjadi dua kategori:

- Two-level encoding: the signal can only take on a strictly negative or strictly positive value (-X or +X, where X represents a value of the physical quantity being used to transport the signal)
- Three-level encoding: the signal can take on a strictly negative, null or strictly positive value (-X, 0 or +X)

a. NRZ Encoding
NRZ encoding (No Return to Zero), adalah sistem pengkodean pertama, dan juga yang paling sederhana. Ini terdiri dari hanya mengubah 0s ke-X dan 1s ke + X, yang menghasilkan pengkodean bipolar di mana sinyal tidak pernah null. Akibatnya, penerima dapat mengetahui apakah sebuah sinyal ada atau tidak.

b. NRZI Encoding
NRZI berbeda secara signifikan dari pengkodean NRZ. Dengan pengkodean ini, ketika nilai bit adalah 1, sinyal perubahan keadaan setelah jam berdetak. Ketika nilai bit adalah 0, sinyal tidak mengubah keadaan. Encoding ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

- Mendeteksi apakah sinyal ada atau tidak
- Kebutuhan arus transmisi sinyal rendah
Namun, ada satu masalah: adanya arus kontinu sepanjang urutan nol, yang mengganggu sinkronisasi antara pemancar dan penerima.

c. Manchester Encoding
Manchester encoding, juga disebut biphase encoding atau PE (Phase Encode), memperkenalkan transisi di tengah-tengah setiap interval. Bahkan, itu dilakukan untuk melakukan operasi eksklusif OR (XOR) dari sinyal dengan sinyal clock.

0 komentar:

About Me

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail